Apakah Kepindahan Alonso ke Aston Martin Terlihat Masuk Akal?
Setelah keputusan pensiun Sebastian Vettel jelang Grand Prix Hongaria, paddock F1 kembali dikejutkan dengan pengumuman Fernando Alonso pindah ke Aston Martin untuk musim 2023.
Itu adalah perekrutan yang berani dari Lawrence Stroll untuk mendatangkan driver sekaliber Alonso dengan pembalap Spanyol itu masih tampil dengan kemampuan terbaiknya, dan bisa dibilang merupakan pengganti sepadan untuk Vettel. Tapi, bagaimana perpindahan ini berdampak ke Fernando?
- Efek Kepindahan Alonso ke Aston Martin Terhadap Silly Season F1
- Klausul Menarik dari Kontrak Alonso dengan Aston Martin
Di atas kertas, itu adalah langkah mundur untuk Alonso. Aston Martin duduk di urutan kesembilan dalam kejuaraan konstruktor dengan hanya 20 poin, dibandingkan dengan Alpine di urutan keempat dengan 99 poin. Namun, ada hal yang membuat ini terasa masuk akal.
Sejak mengambil alih tim pada pertengahan 2019, Stroll telah banyak berinvestasi ke dalam tim dengan kejayaan gelar menjadi pandangannya untuk lima tahun ke depan.
Markas Aston Martin di Silverstone dikembangkan dengan berbagai fasilitas canggih di dalamnya, mereka juga sudah merekrut beberapa personel tim dari rival selama 12 bulan terakhir, khususnya Dan Fallows, eks Head of Aerodynamics Red Bull yang kini menjadi Technical Director tim.
Mengapa kolaborasi Alonso-Aston Martin terasa masuk akal
Bahkan pada usia 41, Alonso tetap menjadi salah satu talenta terbaik F1, dan dengan mesin yang tepat, bisa membawanya ke orang-orang seperti Lewis Hamilton, Max Verstappen dan Charles Leclerc. Tekad, mentalitas, dan keahlian balapnya yang luar biasa menjadikannya komoditas untuk tim F1 mana pun di grid.
Memang, reputasi Alonso sebagai pembalap yang frontal dan cukup kejam dalam memberi feedback kepada tim, lihat saja masa-masa saat ia terjebak di "mesin GP2" bersama McLaren Honda. Namun setelah kembali ke F1 pada tahun 2020, ia terlihat lebih tenang bersama Alpine.
Alonso ingin memenangkan gelar dan tantangan lain untuk kemenangan balapan. Meskipun ini mungkin tidak akan dapat dicapai dengan Aston Martin, itu juga tidak akan terjadi dengan Alpine.
Setelah dua tahun berlaga di World Endurance Championship, Indy 500 dan Reli Dakar, Alonso kembali ke F1 menyadari bahwa tidak ada kategori motorsport lain yang mendekati dan dengan demikian ia tampak lebih puas dengan situasinya saat ini.
Pindah ke Aston Martin terlihat aneh ketika Anda melihat klasemen kejuaraan, tapi inilah alasannya. Diketahui Alpine hanya bersedia memberi Alonso kontrak satu tahun, meski ada yang memberitakan kontrak dua tahun sudah disiapkan. Namun, posisinya hanya sebagai "penghangat kursi" untuk talenta muda mereka Oscar Piastri.
Sementara itu, Aston Martin siap memberi Alonso kontrak multi-tahun, dan dengan investasi yang sudah dimasukan Stroll ke dalam tim, bukan tidak mungkin performa tim akan meningkat tahun depan.
Sementara dari perspektif Aston Martin, mereka merekrut salah satu pembalap terbaik di grid yang bisa dijadikan ujung tombak baik dalam pengembangan ataupun saat balapan.
Alonso akan mengisi tempat yang ditinggalkan Vettel, yang tak jarang menunjukkan kilasan dari performa terbaiknya. Namun dengan kesalahan yang sering terjadi dan ketidakmampuan untuk mendominasi Stroll, Fernando seharusnya menjadi upgrade bagi tim.
Blunder lainnya dari Alonso?
Namun kepindahan ini bukannya tanpa risiko untuk Alonso, yang sudah mengecap asam garam selama berkarier di Formula 1.
Lebih dari sembilan tahun sejak kemenangan F1 terakhirnya, Alonso kerap dihantui oleh beberapa keputusan karier yang salah dalam kariernya. Hubungan beracun dengan manajemen McLaren dan skandal spygate yang terkenal membawanya ke pintu keluar pada akhir 2007, kembali ke Renault.
Alonso menghabiskan dua tahun bersama Renault sebelum pindah ke Ferrari pada tahun 2010. Sebenarnya, saat itu dia juga mendapat tawaran dari Red Bull untuk musim 2009, momen di mana tim Milton Kenyes muncul sebagai kekuatan baru dalam olahraga dengan Sebastian Vettel menjadi runner-up dari Jenson Button sebelum meraih empat gelar beruntun antara 2010-2013.
Sulit untuk mengkritik Alonso karena tidak pindah ke Red Bull, yang finis di belakang tim junior Toro Rosso pada 2008. Namun, ia pindah ke Ferrari saat Dream-Team dari tahun 2000-an sudah tidak ada lagi.
Pembalap Spanyol itu dibuat frustrasi ketidakmampuan Ferrari untuk memberinya mobil pemenang gelar dengan Scuderia lebih bertumpu pada kecemerlangan Alonso daripada memiliki mobil terbaik di paddock selama lima tahun di Maranello.
Petualangannya berlanjut dengan stint kedua bersama McLaren, dan terjebak dengan mesin 'GP2' Honda yang tidak kompetitif membuatnya meninggalkan F1 selama dua tahun sebelum kembali bersama Alpine pada 2021.
Kepindahan terbaru, dan mungkin yang terakhir untuk Alonso adalah ke Aston Martin, tim kesembilan dalam kejuaraan konstruktor, hanya di depan Williams. Apakah ini akan menjadi kasus lain dari tim yang salah pada waktu yang salah untuk Alonso, terutama jika Alpine melakukannya dengan benar tahun depan?
Momen untuk mengukir kado perpisahan
Apa pun yang terjadi bersama Aston Martin, warisan Alonso akan tetap utuh, dan mungkin akan ditingkatkan. Kegigihan dan kemampuan Alonso untuk memaksimalkan mesin di bawah standar telah menjadi tema yang berulang sepanjang karir F1-nya.
Bersama Renault, Ferrari, McLaren dan Alpine, Alonso telah menunjukkan beberapa penampilan terbaik dalam karir F1-nya, sekalipun tidak memenangi gelar. Tema itu kemungkinan akan berlanjut dengan Aston Martin yang berupaya meningkatkan posisinya di klasemen.
Bahkan jika Alonso tidak menambahkan lagi kemenangan Grand Prix atau gelar ketiga yang sulit diraih, reputasi dan warisannya hanya akan ditingkatkan dengan kelanjutan dari penampilan memukau yang kita saksikan pada tahun 2022.
Sekarang, mari kita berharap Aston Martin mampu memberi Alonso 'senjata' untuk mengukir sebuah kado perpisahan yang layak dia dapatkan.