Symonds terkejut rival kesulitan kejar Mercedes
Peralihan ke mesin V6 hybrid pada 2016 telah menjadikan Mercedes begitu dominan di F1. Mengamankan gelar juara pebalap dan konstruktor selama enam musim beruntun adalah buktinya.
Symonds mengatakan bahwa fasilitas, dukungan keuangan dan input teknis memperjelas untuk melihat bagaimana pabrikan Jerman itu dominan dalam regulasi mesin saat ini.
“Sangat luar biasa mengesankan,” ujar pria yang kini menjabat kepala teknis divisi motorsport F1 di Autosport International Show pekan lalu.
“Jika Anda pergi ke HPP dan Brixworth, Anda mengerti kenapa. Ada begitu banyak orang baik di sana, dibiayai dengan sangat baik, peralatan bagus, kepemimpinan yang luar biasa kuat dari Andy Cowell. Itu tidak mengejutkan saya sekarang, [tapi] saya tidak mengantisipasinya.
“Saya pikir bahkan jika Anda kembali ke V8, Mercedes adalah mesin terkuat, dan mereka tidak selalu memiliki sasis terbaik ketika benar-benar mendukung McLaren. Namun, begitu masuk ke Brawn, dia memenangi kejuaraan. Tidak, saya tidak mengantisipasinya.”
Tetapi apa yang muncul sebagai kejutan yang tidak diinginkan, mengingat peran barunya adalah lamanya waktu yang dibutuhkan rival Mercedes untuk mengimbangi dalam hal tenaga dan hasil performa.
“Mungkin yang lebih penting, saya tidak akan mengantisipasi berapa lama yang dibutuhkan untuk mengejar ketinggalan. Mereka sudah menyusul sekarang. Saya kira Mercedes bahkan akan bilang Ferrari sudah maju. Namun, itu mengejutkan saya berapa lamanya waktu yang dibutuhkan,” paparnya.
Walau didominasi Mercedes, Red Bull dan Ferrari mampu mencuri tiga kemenangan dari 21 balapan yang digelar sepanjang musim lalu. Hal tersebut menunjukkan kedua rival dapat memberikan perlawanan sengit.
Sementara itu, Racing Point dan Williams tergelincir di klasemen akhir konstruktor – walau sebenarnya lantaran faktor masalah keuangan dan teknis, bukan performa mesin.
Mulai 2021, Mercedes bakal memasok mesin ke McLaren, menandai kemitraan baru di antara kedua pihak yang pernah terjalin dari 1995 sampai 2014.