Tantangan Lain yang Dihadapi Michelin Jelang MotoGP Indonesia
Dengan terkikisnya permukaan aspal baru pada Grand Prix Indonesia tahun lalu, ada keraguan serius apakah balapan di Indonesia bisa bertahan lama.
Namun hujan yang turun hari Minggu terbukti menjadi berkah tersembunyi dalam menjaga permukaan aspal tetap utuh, dan melalui pertarungan menarik selama 20 lap Miguel Oliveira, yang saat itu berbaju KTM mengalahkan Fabio Quartararo (Yamaha) dan Johann Zarco (Pramac Ducati) untuk memenangi balapan pertama di Mandalika.
Sejak itu, Sirkuit kembali diaspal ulang untuk memperbaiki permukaan yang rusak, dan berpotensi jadi salah satu tantangan tersulit bagi ban karena kecepatan tinggi dan suhu ekstrem.
Oleh karena itu, Michelin bersiap dengan menghadirkan kontruksi ban belakang yang lebih kaku dan tahan panas untuk putaran Mandalika.
Namun konstruksi khusus tersebut, yang dibawa ke Mandalika setelah mengalami masalah blistering pada tes pramusim 2022, justru menghadirkan masalah grip kering yang tidak terduga bagi beberapa pabrikan tahun lalu.
Ducati dan KTM tampak mengambil langkah maju dibandingkan tes pramusim. Performa Yamaha dan Aprilia kurang lebih sama. Namun Suzuki dan khususnya Honda kesulitan dalam mendapatkan grip belakang dan, karena lebih mengandalkan ban depan untuk berbelok, mengalami masalah panas berlebih di bagian depan.
MotoGP belum melakukan pengujian apa pun di permukaan terbaru menjelang ajang 2023, artinya Michelin harus kembali memilih pemilihan ban berdasarkan data dan pengalaman sebelumnya.
“Balapan berikutnya adalah Indonesia. Mandalika adalah trek yang sangat-sangat menuntut. Kami akan menemukan aspal baru, sekali lagi, tanpa tes apa pun,” kata Piero Taramasso dari Michelin.
“Kami melakukan beberapa tes sebelum pengaspalan selesai, tapi kami tahu ini adalah trek yang sangat menuntut di mana kami dapat menghadapi suhu yang sangat tinggi, di mana ban mengalami tekanan karena panas dan konfigurasi trek.
“Mari kita lihat bagaimana jadinya tahun ini.”