Memaknai arti di balik kontrak panjang Charles Leclerc
Ini mungkin hanya hari ketiga dari tahun baru, tetapi perhatian banyak orang di paddock Formula 1 sudah akan beralih ke 2021.
Kita tak hanya memiliki regulasi teknis, olahraga dan keuangan baru, juga bursa transfer F1 berpotensi menjadi salah satu yang paling tidak stabil baru-baru ini, mengingat sebagian besar pebalap akan berakhir kontraknya.
Pebalap yang paling rileks soal masa depannya adalah Charles Leclerc. Kendati memegang kontrak jangka panjang dengan Ferrari saat dipromosikan 2019, ia menerima hadiah Natal lebih awal ketika kontrak lima tahun baru diumumkan, menguncinya hingga akhir 2024.
Pengumuman itu mungkin sedikit mengejutkan mengingat Leclerc baru mengawali karier bersama Ferrari. Namun, panjangnya durasi kesepakatan menarik perhatian banyak orang. Sejak kontrak enam tahun ditandatangani Fernando Alonso pada 2011, tak banyak kedua pihak membuat komitmen jangka panjang satu sama lain. (Dan kita tahu bagaimana akhirnya.)
Ini adalah pertunjukkan utama dari keyakinan Ferrari kepada bintang mudanya, yang telah berada di bawah naungan sejak 2016 dan sejak itu menjadi pahlawan bagi Tifosi. Leclerc tak menyia-nyiakan waktu untuk membuktikan bahwa ia memiliki semua kemampuan demi tampil di depan grid F1, bertarung melawan rekan setim dan empat kali juara dunia Sebastian Vettel dalam musim pertama mereka bersama.
Gaya Leclerc dan kerap mengalahkan Vettel adalah alasan kenapa Ferrari tak punya pilihan selain menegosiasikan persyaratan baru untuk 2020. Sementara ia mungkin tidak memiliki uang sebesar Vettel, gaji barunya - dikabarkan media Italia, bertambah tiga kali lipat dari upah sebelumnya - masih merupakan refleksi yang lebih adil atas kontribusinya. Anda juga dapat yakin bahwa berbagai klausul kontraknya harus diikuti dengan gelar juara.
Keputusan Ferrari untuk mengamankan Leclerc juga bentuk peringatan bagi setiap calon pelamar. Kelihatannya tidak mungkin, tetapi hubungan dengan Vettel yang memburuk hingga 2020 bisa membuat Leclerc tak bahagia dan tergoda untuk melihat tim lainnya.
Team Principal, Mattia Binoto, telah bertindak cepat dan cerdas dengan mempertahankan komoditas Ferrari yang paling berharga agar tetap gembira.
Jadi, di mana posisi Vettel dalam hal ini?
Setahun lalu, akan mengejutkan bagi Leclerc untuk menjadi orang yang memulai 2020 dengan masa depan yang aman. Tapi itu menunjukkan seberapa besar kekuatan telah bergeser di Maranello.
Hubungan antara Vettel dan Leclerc tetap baik di luar trek. Keduanya bersikeras tak ada yang berubah walau terjadi berbagai insiden. Sikap Vettel saat menentang team order di Rusia ibarat memanaskan situasi yang telah merebak sejak Singapura. Akhirnya meledak di Brasil ketika Vettel dan Leclerc bertabrakan ketika memperebutkan posisi keempat, menyebabkan mereka tersingkir dari balapan.
Ferrari juga bersikeras bahwa tidak ada team order atau perubahan dalam pendekatan yang diperlukan untuk mencegah konflik pebalap di masa depan. Bagi Vettel, kurangnya keamanan atas masa depannya pasti akan bertindak sebagai pencegah untuk menjadi penyerang. Jika ada yang menuju pintu keluar di Ferrari sekarang, itu dia, bukan Leclerc.
Itu tak berarti Vettel sedang dipinjam Ferrari. Jauh dari itu. Dia membuktikan kualitasnya dalam berbagai kesempatan pada 2019, seperti di Kanada - kesalahan dominan yang merugikannya – lalu merebut kemenangan dari Leclerc secara meyakinkan di Jerman dan Singapura. Dia tetap menjadi salah satu dari empat pebalap terkemuka di grid, dan memiliki kematangan yang Leclerc masih kurang karena belum berpengalaman.
Vettel harus mengakui bahwa ia bukan lagi pebalap nomor satu di Ferrari, status yang dinikmati ketika berduet dengan Kimi Raikkonen, tetapi tidak diragukan lagi hilang pada 2019. Bahkan jika ia kembali ke performa terbaiknya hingga 2020 dan akhirnya mengakhiri puasa titel Ferrari, seperti apa perpanjangan kontrak yang dapat ia harapkan? Satu atau dua tahun? Tentu saja tidak seperti kesepakatan Leclerc.
Sulit melihat siapa yang bisa masuk ke Ferrari. Bicara tentang Lewis Hamilton pindah ke Maranello dapat dimengerti. Mengapa dia tidak menaikkan harganya? Tetapi kemungkinan dia meninggalkan Mercedes, bahkan untuk semua uang di dunia, terlihat mustahil.
Lalu ada Max Verstappen. Sekarang berusia 22 tahun, tetapi 2020 menandai peluang terakhirnya untuk menjadi juara dunia termuda dalam sejarah F1. Proyek Red Bull-Honda telah berkembang dengan baik. Namun, pebalap Belanda itu tak puas sekadar menang balapan. Dia harus berada di mobil pemenang.
Ferrari sudah pasti tertarik Verstappen, tetapi prospek dia berkolaborasi dengan Leclerc nampak tidak mungkin mengingat tensi dan rivalitas telah muncul di antara mereka. Betapapun spektakulernya Verstappen di trek, itu bisa menimbulkan beberapa faktor perusak (jika ada) yang bisa diatasi tim sukses dalam sejarah F1.
Daniel Ricciardo mungkin jadi opsi Ferrari, usai sempat menaruh minat kepada sang pebalap Australia jelang berakhirnya masa Raikkonen. Jika Mercedes menggantikan Valtteri Bottas, ia juga bisa menjadi pemain tim yang solid bagi Ferrari, terutama tanpa kehadiran para juniornya.
Set balapan pembuka pada 2020 akan sangat penting untuk menentukan masa depan Vettel. Dia perlu membuktikan jika ingin dipertahankan Ferrari, termasuk gajinya. Vettel, tentu saja, lebih dari mampu melakukannya, dan daya tarik untuk tetap berpegang pada dua pebalap terkemuka di grid akan sulit diabaikan tim kuda jingkrak selama hasilnya terbukti sama banyaknya.
Namun, bagi Leclerc, fokusnya bisa pada melanjutkan perkembangan dan mencetak hasil terbaik di lintasan, bebas dari tekanan untuk memikirkan seperti apa masa depannya nanti.
Karena di mata Ferrari, jelas: bahwa masa depan mereka adalah Leclerc.